Monday 29 August 2016

Piknik Bandung: Glamping Lakeside, Titanic Ala Ciwidey


titanic ala ala ciwidey
Berkembang pesatnya sosial media, mengharuskan penggunanya untuk melakukan beberapa pencitraan, salah satunya adalah pencitraan "dia mah main terus". Hal ini tentu saja dijadikan lahan pendulang rupiah bagi pebisnis. Tetapi yang mereka harus buat bukanlah tempat piknik yang 'so-so' melainkan tempat piknik yang 'nyeleneh'. Oleh karena itu pebisnis dituntut untuk berinovasi dalam membangun sebuah tempat piknik baru demi memenuhi hasrat 'new places hunter'.

Nah peluang bisnis ini ditangkap oleh si pencetus Glamping Lakeside, tempat baru ter hitz se Ciwidey Raya. Bagaikan virus, foto-foto glamping lakeside cepat tersebar di media sosial, khususnya instagram. Jika akun-akun besar (means followersnya ratusan K) me repost foto, maka instagram user menjadi Latah. Yap, Latah adalah kebiasaan masyarakat indonesia masa kini. Saat suatu tempat booming, maka banyak dari mereka user-user latah yang penasaran lantas ingin segera mengunjungi tempat tersebut sebelum basi. Seperti Glamping Lakeside, tempat ini masih dalam tahap renovasi, tapi pengunjung sudah bisa menjadi Rose dan Jack Dawson ala-ala.

kalau lagini gini, sakapeung sok jadi pengen diposisi si rose, heuu~~~
Yup, Glamping Lakeside ini mengusung tema ala-ala titanic, bukan, bukan kapal yang karam itu, tapi hanya kapal yang dikelilingi kebun teh dengan danau patenggang sebagai view didepannya. Jika kamu membawa pasangan kesana, kamu dan dia bisa foto ala-ala 2 tokoh utama film titanic Rose dan Jack, tapi jangan minta difotoin sama yang jomblo ya, nanti kamu disuntrungin, mau?
Buat yang jomblo ku sarankan untuk selalu membawa selfie stick si teman setia para single fighter, omat!

sendiri bukan berarti sepi. ehkumaha
Glamping Lakeside sendiri adalah tempat yang disediakan untuk acara seperti gathering, terlihat dari adanya villa-villa yang berbentuk tenda, dan Kapal yang berada dikawasan ini sepertinya adalah resto yang dibuat untuk breakfast para tamu yang menginap di villa Glamping, akan tetapi tempat ini dibuka untuk umum. Dengan Aksen berwarna cokelat dan terbuat dari kayu-kayu, kapal ini terlihat classy. Ditambah hiasan hiasan seperti nahkoda kapal dan ban-ban pelampung, menjadikannya seperti kapal betulan.

aku ingin kita berdua bersatu dalam satu nahkoda. eh
Secara administratif Glamping Lakeside berada di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali Ciwidey. Berada di 1600 meter diatas permukaan laut, menjadikan wilayah Glamping Lakeside sebagai tempat piknik yang menyejukkan, dan cocok untuk mereka yang sedang ingin mendinginkan kepala (bukan mendinginkan si dia). Dikelilingi perkebunan teh dan danau yang hijau, tempat ini sungguh memanjakan indra penglihatanmu, ditambah lagi ada 'eteh-eteh geulis yg lagi popotoan' tambah adem! #eh

anggap aja ini eteh geulisnya yhaa, okebhay!

Untuk masuk ke Glamping Lakeside ada 2 pintu yang bisa digunakan yaitu melalui gerbang situ patenggang, atau gerbang utama dengan tulisan 'Glamping Lakeside' yang berada tepat sebelum pintu masuk situ patenggang dengan posisi di sebelah kanan jalan.  Kocek yang harus kamu keluarkan sama saja yaitu Weekday Rp 18500/orang dan weekend Rp 20.000/orang
kedua tempat tersebut terhubung sehingga dengan membayar tiket, maka kamu bisa mengunjungi patenggang dan glamping lakeside sekaligus.



How To Get There:
A) Public Transportation
1. Dari terminal leuwi panjang bandung, naik bus/elf jurusan terminal ciwidey
2. Setelah sampai di terminal ciwidey, cari angkutan desa menuju situ patenggang
3. Kamu Sampai di depan situ patenggang
4. Bayar tiket masuk, explore dulu situ patenggang lalu jalan kaki menuju glamping lakeside sekitar 15 menit
B) Kendaraan Pribadi
1. Bisa melalui kopo-soreang-ciwidey-situ patenggang atau
Bisa melalui Baleendah-Banjaran-Soreang-Ciwidey-Patenggang
2. Kamu bisa masuk melalui pintu gerbang glamping lakeside, sebelum pintu masuk patenggang
atau bisa melalui situ patenggang

How Much Money We've Spent:
1. Public Transportation: Bus Rp 15.000 Angdes Rp 5000 
2. kendaraan Pribadi: Bensin Motor 20.000
Tiket Masuk Rp 18.500 Weekday, Rp 20.500 Weekend

------------------------------
Gallery Glamping Lakeside





hati boleh berantakan, tapi seuri jangan absen~

 Jangan ambil sesuatu kecuali pacar orang, jangan tinggalkan sesuatu kecuali masa lalu yang kelam, jangan bunuh sesuatu kecuali mantan mu.
#salam

Tuesday 2 August 2016

Naik Gunung: Rinjani, dan Kisah Pilu Porter



"Bikin teh manis mbak eka, bang dris?" Tanya seorang porter dengan aksen lomboknya.

 Pertanyaan tersebut seakan menjadi pertanyaan favorit Pak Doni, Ya Salah satu dari tiga porter yang mendampingi kami saat mendaki Gunung Rinjani di Lombok.
"aku mau pak aku mau" Teriak kami seakan kami adalah anak-anak dari darah dagingnya sendiri.

Pak Doni, Pak Nur, dan Mas Dan adalah tiga serangkai porter yang jasanya kami sewa dari basecamp senaru, basecamp tersebut bernama Nursa'at Senaru. Dari jauh-jauh hari kami berpesan kepada bapak Nursa'at sebagai pemilik basecamp senaru untuk menyewa jasa porter sebanyak 3 orang. 

Sebelumnya kami sangat khawatir, bagaimana kah sosok porter yang akan mendampingi kami? apakah pendiam, pemalu dan hanya bertugas layaknya porter?


pak doni

Kami sampai di homestay milik bapak Nursa'at di Senaru satu hari sebelum hari pendakian. Saat itu juga kami bertemu dengan dua orang porter yang akan menemani kami selama perjalanan, Pak Doni dan Pak Nur, sedangkan Mas Dan kami baru bertemu dengannya waktu hari H pendakian. Saat pertama kali bertemu, Pak Doni Menyapa kami dengan akrab seakan kami adalah sahabatnya yang sudah lama tidak bertemu.

Perawakan Pak Doni tegap, kulitnya gelap, dan keriput di wajahnya mengisyaratkan bahwa usianya sudah lebih dari 40 tahun.
Pak Nur dengan senyum yang khas, kemeja kotak-kotak dan pribadinya yang misterius karena tidak banyak bicara.
Mas Dan Usianya baru 16 Tahun tapi raut mukanya terlihat tak semuda usianya, kami berpikir ah mungkin ia adalah seorang pekerja keras..

Dengan beralaskan sandal jepit Pak doni, Mas Dan, juga Pak Nur dengan mudah dan lincahnya mendaki trek-trek yang menurut kami cukup sulit, ditambah lagi dengan beban bawaan yang mereka pikul di pundak. Keren sekaligus menyedihkan. Mereka seperti Robot-robot yang telah di setting supaya tak kenal lelah, tetapi mereka memiliki hati yang sangat besar. aku kagum, sangat kagum.

porter rinjani dan porter hati. eh
Saat itu di pos 3 sembalun, dalam taburan bintang dan angin yang menggigit daging, aku, team dan pak doni melingkar sambil menikmati secangkir teh dan kopi, sedangkan Pak Nur dan Mas Dan terlihat sedang sibuk memasak di belakang. Pak Doni mulai bercerita tentang asal muasal gunung rinjani yang dulu bernama gunung samalas, meletus lalu membentuk gunung baru bernama rinjani  dan gunung sangkuriang. Lalu satu pertanyaan terlontar dari seseorang diantara kami.

"Pak Doni, memang hobi mendaki?" tanya temanku.
"engga, kita jadi porter bukan senang daki bang dris, tapi ya faktor ekonomi aja" Jawaban pa doni menusuk-nusuk relung hati terdalam ku.

Ya, Mereka bertiga adalah sekeluarga yang tidak suka mendaki, tapi keadaanlah yang memaksa mereka untuk menjamahi kegagahan gunung rinjani tiap minggunya. Faktor ekonomi menjadi alasan mengapa mereka harus menjadi porter. Kami mendaki untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan yang memusingkan, sedangkan porter mendaki untuk bekerja mencari nafkah anak istri. Kami mendaki untuk mencari jati diri, porter mendaki untuk mencari sesuap nasi. Benar-benar Sangat Berbanding terbalik.
team dan pak doni, pahlawan sesungguhnya
Cerita Pak Doni berlanjut di Plawangan Sembalun Saat itu ada satu kalimat pak doni yang membuat hati ku yang sudah luka, tambah ditabur garam,
"Kita nggak ada jaket untuk mendaki, boro-boro beli jaket, Kebeli beras aja sudah untung"

Pak doni mengisyaratkan, lebih baik kedinginan daripada anak istri kelaparan. Jleb, bagai dihunus pedang saat itu jiwaku menangis. Berpikir bahwa bodohlah aku yang kurang bersyukur dengan apa yang aku miliki.

Ketika banyak orang berlomba ingin mengganti gadget, ada orang lain membutuhkan hanya sebuah jaket gunung. Ketika banyak orang bangga meng-upload  foto jalan-jalan bersama keluarga di luar negeri, ada sosok yang merindukan istri dan anaknya karena ia sedang mencari nafkah di gunung.

kau dan aku dengan serakah selalu ingin yang lebih, padahal orang lain kekurangan.

------------------------

Terimakasih Pak Doni, Mas Dan, Pak Nur
Perjalanan bersamamu memberikan banyak arti dan pelajaran
kalian semua adalah pahlawan sesungguhnya gunung rinjani
semoga Tuhan selalu melimpahkan rejeki dan kesehatan untuk Pak Doni dan Keluarga
Sampai bertemu dilain waktu :)



nb: Pak Nur dan Mas Dan tidak mau diajak foto, jadi tidak ada foto kami bersama mereka :(